"Penurunan pendapatan akibat penguatan kurs memang ada, namun tidak terlalu signifikan, masih di bawah 10%," kata Direktur Utama PTPN XVIII, Bagas Angkasa di Bandung.
Hal itu, katanya, merupakan fenomena biasa karena transaksi ekspor menggunakan dolar AS, namun secara umum ekspor teh ke luar negeri masih cukup stabil.
Bagas menyebutkan, ekspor teh
PTPN VIII sendiri merupakan pengekspor teh terbesar dengan volume rata-rata 54 ribu ton per tahun. Tahun 2008 lalu, pendapatan dari ekspor teh mencapai Rp700 miliar.
Saat ini 40% pendapatan PTPN VIII berasal dari perkebunan teh. Total pendapatan PTPN VIII tahun lalu tercatat Rp1,6 triliun.
PTPN VIII berkontribusi 60% terhadap keseluruhan ekspor teh di
"Meski terpengaruh kurs, namun secara umum pendapatan ekspor aman, karena harga teh dunia saat ini cukup stabil di kisaran US$1,4 per kilogramnya," katanya.
Produksi teh nasional sendiri dalam beberapa tahun terakhir cukup stabil, sehingga pasokan tetap aman. Ia berharap tahun ini ada peningkatan volume ekspor.
"Selama ini kita sudah punya pasar tradisional di Eropa dan Timur Tengah, namun kami terus mengembangkan peluang ekspor ke negara lainnya termasuk ke kawasan Afrika," kata Bagas.
Ia mengakui persaingan teh dunia saat ini semakin meningkat karena semua negara sama-sama memperlebar pasar ekspor mereka. (Opick)
Comments :
Posting Komentar
Komentar Anda kami harapkan!
Tolong tinggalkan alamat e-mail bagi anda yang anonim!
Terima Kasih.